top of page

Mengenal Roti Sourdough: Manfaat dan Perbedaannya dengan Roti Biasa

Writer: EricEric

roti sourdough

Pernah mendengar tentang sourdough? Roti yang satu ini semakin populer di kalangan pecinta kuliner, terutama mereka yang mencari alternatif lebih sehat dibandingkan roti biasa.


Teksturnya unik, rasanya sedikit asam, dan proses pembuatannya berbeda dari roti pada umumnya. Banyak yang menganggapnya lebih bernutrisi dan lebih mudah dicerna. Tapi apa sebenarnya yang membuat sourdough begitu istimewa? Sebelum membahas lebih jauh, mari kita kenali lebih dalam tentang roti yang telah ada sejak ribuan tahun lalu ini.


Apa Itu Sourdough ?

ilustrasi roti sourdough

Sourdough adalah jenis roti yang dibuat menggunakan fermentasi alami dari campuran tepung dan air, yang dikenal sebagai starter. Tidak seperti roti biasa yang mengandalkan ragi instan atau ragi komersial, sourdough menggunakan mikroorganisme alami—bakteri asam laktat dan ragi liar—untuk mengembangkan adonan dan menciptakan tekstur yang empuk dengan rongga udara khas.


Nama sourdough sendiri berasal dari kata sour, yang berarti "asam", merujuk pada cita rasanya yang khas. Proses fermentasi alami menghasilkan senyawa organik yang memberikan rasa sedikit asam yang tidak ditemukan pada roti biasa. Tingkat keasaman ini bisa bervariasi tergantung pada lama fermentasi dan jenis tepung yang digunakan, tetapi justru inilah yang membuat sourdough memiliki karakter unik dan rasa yang lebih kompleks.


Selain itu, fermentasi alami juga membuat sourdough lebih mudah dicerna dan diyakini memiliki manfaat kesehatan yang lebih baik. Sourdough bukan sekadar roti biasa; ia adalah hasil perpaduan antara ilmu fermentasi, kesabaran, dan teknik memanggang yang telah diwariskan selama ribuan tahun.



Sejarah Sourdough

Sourdough bukanlah tren baru dalam dunia kuliner—roti ini telah ada selama ribuan tahun dan dianggap sebagai salah satu bentuk roti tertua yang pernah dibuat manusia. Jejak sejarahnya dapat ditelusuri hingga Mesir Kuno sekitar 3000 SM, ketika para pembuat roti secara tidak sengaja menemukan bahwa adonan tepung dan air yang dibiarkan beberapa waktu akan mengembang secara alami. Proses fermentasi ini terjadi berkat ragi liar dan bakteri asam laktat yang ada di udara, menciptakan roti dengan tekstur lebih ringan dan rasa yang sedikit asam.


Dari Mesir, teknik pembuatan sourdough menyebar ke peradaban lain, termasuk Yunani dan Romawi Kuno, di mana roti mulai menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa itu, teknik fermentasi alami ini terus digunakan hingga akhirnya, dengan berkembangnya teknologi pangan, banyak peradaban mulai beralih ke penggunaan ragi komersial yang lebih cepat dan mudah dikendalikan.


Meskipun begitu, sourdough tetap bertahan di berbagai budaya. Di Eropa, terutama di Prancis, Jerman, dan Italia, tradisi membuat roti fermentasi ini masih dijaga hingga sekarang. Bahkan, pada abad ke-19, para penambang emas dan pemukim di Amerika Serikat sangat bergantung pada sourdough sebagai sumber makanan utama karena kemampuannya bertahan lebih lama dibandingkan roti biasa.


Di era modern, sourdough mengalami kebangkitan popularitas, terutama karena meningkatnya kesadaran akan pola makan sehat dan minat terhadap metode pembuatan roti tradisional. Banyak orang kini kembali memilih sourdough karena fermentasi alaminya yang dianggap lebih baik bagi pencernaan dan nutrisinya yang lebih tinggi dibandingkan roti biasa. Dari dapur rumahan hingga toko roti artisan, sourdough terus berkembang, membuktikan bahwa resep kuno ini tetap relevan hingga hari ini.


Proses Fermentasi Sourdough: Mengapa Butuh Waktu Lama?


Salah satu perbedaan utama antara sourdough dan roti biasa adalah proses fermentasinya. Sourdough menggunakan fermentasi alami, sementara roti biasa umumnya mengandalkan ragi instan atau ragi komersial untuk mempercepat proses pengembangan adonan.


Apa Perbedaan Fermentasi Alami Sourdough dan Ragi Instan pada Roti?

Pada sourdough, fermentasi terjadi secara alami melalui interaksi antara ragi liar dan bakteri asam laktat yang berkembang dalam starter. Proses ini bisa memakan waktu 8 hingga 48 jam, tergantung suhu dan kadar hidrasi adonan. Fermentasi yang lambat ini menghasilkan rasa yang lebih kompleks, tekstur lebih kenyal, dan meningkatkan daya simpan roti. Selain itu, fermentasi panjang membantu menguraikan gluten dan antinutrien, membuat sourdough lebih mudah dicerna dibandingkan roti biasa.


Sebaliknya, roti biasa dengan ragi instan hanya membutuhkan 1–3 jam untuk mengembang sebelum dipanggang. Meskipun lebih cepat, proses ini tidak memberikan waktu yang cukup bagi adonan untuk mengembangkan rasa yang dalam atau memperbaiki struktur protein dalam tepung.


Bisakah Sourdough Menggunakan Ragi Instan?

Sourdough bisa mengandung sedikit ragi instan, tetapi hasilnya sangat berbeda dari fermentasi alami. Beberapa orang menambah ragi instan untuk mempercepat proses, namun jumlahnya harus sangat kecil—sekitar 0,1–0,5 gram per 500 gram tepung. Jika terlalu banyak, fermentasi akan berjalan terlalu cepat, mengurangi kompleksitas rasa dan manfaat kesehatan dari fermentasi alami.


Karena itu, sourdough fermentasi alami tetap menjadi pilihan utama bagi yang menginginkan cita rasa autentik, tekstur lebih baik, dan manfaat kesehatan optimal.


Manfaat Sourdough:

1. Lebih Mudah Dicerna

Sourdough lebih mudah dicerna dibandingkan roti biasa karena proses fermentasi alaminya membantu memecah protein dan karbohidrat dalam tepung. Salah satu protein yang mengalami reduksi adalah gluten, sehingga sourdough cenderung lebih toleran bagi orang yang sensitif terhadap gluten (meskipun bukan untuk penderita celiac). Selain itu, fermentasi juga mengurangi kandungan oligosakarida, sejenis karbohidrat yang sulit dicerna dan sering menyebabkan kembung pada beberapa orang.


2. Lebih Ramah untuk Gula Darah

Sourdough memiliki indeks glikemik lebih rendah dibandingkan roti biasa, yang berarti tidak menyebabkan lonjakan gula darah secara drastis. Hal ini terjadi karena fermentasi mengubah struktur karbohidrat dalam tepung, sehingga tubuh mencernanya lebih lambat. Selain itu, keberadaan asam laktat dalam sourdough membantu memperlambat penyerapan glukosa ke dalam darah, menjadikannya pilihan yang lebih baik bagi penderita diabetes atau mereka yang ingin menjaga kadar gula darah stabil.


3. Kaya Nutrisi

Fermentasi alami dalam sourdough meningkatkan ketersediaan vitamin dan mineral dalam roti. Proses ini membantu menghasilkan lebih banyak vitamin B, folat, dan mineral seperti zat besi, magnesium, serta seng. Selain itu, fermentasi juga menciptakan enzim yang dapat membantu pencernaan dan meningkatkan keseimbangan bakteri baik di usus, yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan secara keseluruhan.


4. Mengurangi Kandungan Asam Fitrat

Sourdough memiliki kadar asam fitrat lebih rendah dibandingkan roti biasa. Asam fitrat adalah senyawa antinutrisi yang dapat menghambat penyerapan mineral penting seperti kalsium, zat besi, dan magnesium. Selama fermentasi, bakteri asam laktat dalam sourdough membantu menguraikan asam fitrat, sehingga mineral dalam roti lebih mudah diserap oleh tubuh. Ini membuat sourdough menjadi pilihan yang lebih bergizi dibandingkan roti yang difermentasi dengan ragi instan.


Mengapa Sourdough Layak Dicoba?

Sourdough bukan sekadar roti biasa—proses fermentasi alaminya membuatnya lebih mudah dicerna, lebih ramah untuk gula darah, serta kaya akan nutrisi. Selain itu, kandungan asam fitrat yang lebih rendah meningkatkan penyerapan mineral penting. Dengan cita rasa khas dan tekstur unik, tidak heran jika semakin banyak orang beralih ke sourdough sebagai pilihan yang lebih sehat dan bernutrisi.



 
 
 

Comentarios


bottom of page